Pengalaman Pertama Kali Membuat Film Pendek
Hai kawan-kawan. Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya dan teman-teman satu kelas saya membuat film pendek. Ini adalah film pendek pertama kali yang kami buat. Saya ingin berbagi tentang cerita-cerita sebelum dan saat membuat film pendek ini. Film pendek ini adalah tugas pelajaran Seni. Karena jumlah anggota kelas kita hanya 19, jauh lebih sedikit dari kelas lain, paling sedikit, jadi kita dijadikan satu kelompok saja. Pemberian tugas ini pun sebenarnya sudah lama, yaitu sekitar masuk pertengahan bulan Mei lalu. Tetapi karena terhambat sesuatu kita mulai mengerjakan ini sekitar dua hari sebelum deadline yang dijadwalkan tanggal 7 Juni 2014 harus dikumpulkan melalui diunggah ke YouTube. Terhambatnya proses pembuatan film pendek ini sebenarnya dari kami sendiri. Script sudah ada yang membuat dan tinggal main (ceritanya tentang profil kelas), tapi ya biasalah, ada yang tidak mau jadi peran ini itu, ada yang minta perannya diubah, ya pokoknya seperti itulah. Baiklah, saya akan mulai menceritakan prosesnya.
Jadi awalnya kita belum tahu kapan tugas ini dijadwalkan harus dikumpulkan. Sampai suatu hari ada teman saya yang diberitahu oleh temannya yang ada di kelas lain. Ia bilang bahwa deadline-nya tangal 7 Juni. Gila! Itu kan berarti tinggal sekitar satu minggu lagi, sementara kita sedang Ujian Kenaikan Kelas.
Waktu semakin berlalu. Sampai H-4 tidak ada persiapan. H-2 pagi sebelum masuk ujian, saya bilang ke teman-teman kalau sepulang sekolah berkumpul di depan ruangan ujian, pokoknya jangan pulang dulu untuk membahas tugas tersebut. Saat pulang sekolah kita berkumpul. Dari hasil berkumpul itu kita baru mencari ide, masih mencari. Ada yang usul mengangkat cerita tentang budaya yang hilang. Lalu ada yang usul bagaimana jika mengangkat cerita tentang pelajaran. Pelajaran yang dimaksud itu adalah pelajaran Matematika bab Peluang. Kita ingin bikin film humor, yang lucu-lucu. Jadi kita kan sering bertanya-tanya tentang kegunaan peluang dalam kehidupan sehari-hari, itu kita jadikan suatu cerita. Nantinya ada yang tanya berapa peluang somay dan tahu yang muncul ketika membeli bakso atau apa sajalah, pokoknya kita tanya tentang peluang ke orang-orang yang berjualan. Nah, sebagian besar menyutujui cerita yang itu. Setelah berkumpul itu, saya tidak pulang ke kos dulu. Saya membuat scriptnya di sekolah. Sial, pikiran sedang buntu. Hanya bisa membuat sedikit saja kemudian saya simpan. Script belum jadi itu saya kirimkan ke teman saya, Kiki, lewat Facebook.
Malam harinya saya dikirimi pesang singkat oleh Kiki. Dia menyuruh saya membuka Facebook, dia mengirim script baru di sana. Wah, saya sedang tidak bisa mengakses internet. Saya suruh saja Kiki ceritakan garis besarnya di sms. Dia juga memberitahu apa saja bahan yang akan dipakai dalam proses pembuatan film pendek itu. Saya menyampaikan beberapa usul. Sekitar setengah jam kita membahas itu lewat sms. Saya bilang ke dia pokoknya besok harus sudah pengambilan gambar dan yang tidak bisa ikut atau ada acara sendiri terpaksa harus ditinggalkan saja.
H-1 pengumpulan tugas. Saat saya datang ke sekolah, Kiki dan beberapa teman lainnya sudah berkumpul. Kiki memberitahu script yang dia buat yang ada di laptopnya itu. Saya melihat sekilas. Jadi ceritanya tentang seorang mahasiswi/ anak muda yang mengajar anak-anak jalanan. Anak-anak jalanan ini ada empat. Tapi seperti ada yang ganjal. Diceritanya tertulis anak-anak jalanan, tetapi mereka kok pakai seragam ya? Tidak saya ubah dulu, nanti saja. Setelah pulang sekolah kita berkumpul lagi sebentar. Hasil dari berkumpul itu adalah bahwa pengambilan gambar/shooting dilakukan setelah yang laki-laki pulang sholat Jum'at, sekitar jam 1, berkumpul di rumah Irvana. Sebelumnya saya sudah bilang ke guru seni saya kalau kami agak telat mengumpulkan tugas. Kami akan mengumpulkan Minggu, tanggal 8.
Setelah sholat Jum'at, saya disusul Novan. Kami ke rumah Irvana. Ternyata saat sampai di sana masih sedikit yang datang. Saya bertanya ke Irvana di mana yang lainnya dia menjawab ada yang masih dalam perjalanan dan ada yang masih belajar kelompok di rumah guru. Kemudian datang satu per satu. Yang sudah datang saya, Novan, Nanda, Firda, Wijay, Kiki, Feta, Hardiana, Dhandy, Via, dan Lely. Ada satu pemain yang ruwet, alasan ini itu. Ada yang dijadikan pemain figuran juga ruwet. Ah, kalau cuma menunggu yang ruwet rencana bisa-bisa tidak lancar. Akhirnya diambil keputusan kalau yang ruwet itu ditinggal. Lha, bagaimana dengan cerita filmnya? Saya mengubah sedikit ceritanya, tanpa mengubah garis besarnya. Yang semula ada empat pemain jalanan, yang jadikan hanya satu orang saja. Saya pilih Novan untuk jadi anak jalanan. Saya tanya dia, dia berani tidak jadi anak jalanan. Beruntung dia mau. Dia saya suruh pakai baju biasa dan celana pendek. Lalu ada Dhandy dan Via yang memakai seragam, seragamnya sama. Saya mencari-cari ide, kira-kira bisa untuk apa ya dua orang ini. Akhirnya mereka saya jadikan pasangan remaja. Awalnya mereka agak malu, tapi saya dan teman-teman yang lainnya meyakinkan mereka bahwa ini hanya untuk film. Hore, mereka mau. Sementara Hardiana tetap mejadi anak muda yang mengajar anak mereka. Lalu saya tanya ke teman-teman apa mereka punya papan tulis kecil putih. Ternyata si Hardiana punya. Kiki dan Novan mengambil di rumahnya Hardiana. Sambil menunggu mereka kembali, Hardiana dan Via diriasi dulu. Hardiana bisa merias sendiri, sementara Via diriasi Feta. Sampai Kiki dan Novan mereka masih belum selesai berias. Sudah pukul 14.00 dan cuaca sedikit mendung. Saya bilang ke mereka pokoknya 14.15 harus sudah berangkat, persiapan selesai. Dan kenyataannya kita baru berangkat sekitar 14.0. Haha. Semua siap. Berangkat. Oh iya untuk kalian ketahui, cerita setelah ada perubahan adalah Hardiana punya murid seorang anak jalanan, yang diperankan Novan. Suatu hari si Novan ini punya ide untuk membeli suatu alat yang bisa dipakai memperlancar proses belajar mengajar. Untuk itu, dia mengamen. Dia dibantu temannya yang diperankan oleh saya sendiri, hehe. Beberapa hari kemudian ketika Hardiana akan pergi mengajar Novan, dia bertemu sepasang remaja yang diperankan Dhandy dan Via di jalan. Dia merasa heran dengan anak remaja yang sekarang hanya mementingkan pacaran daripada belajar. Hardiana tiba di tempat mengajar. Dia bertemu Novan. Novan menunjukkan sesuatu yang ia janjikan itu. Ternyata sebuah papan tulis putih kecil yang ia beli dari hasil mengamen. Proses belajar-mengajar pun semakin lancar. Akhir cerita Hardiana berjalan melihat bendera merah putih.
Tempat pertama yang kita tuju adalah Taman Kota. Di sana kita mengambil adegan ketika Novan memberitahu Hardiana jika ia memebeli papan tulis tersebut. Saya mencari tempat untuk meletakkan papan tulis itu. Kalau ditaruh di bawah rasanya kurang asyik. Saya taruh saja di pohon yang ada di sana. Saya mengikat papan tulis itu dengan tali rafia dibantu Dhandy. Lalu setelah itu kami berpindah ke Dispora. Di sana kita mengambil adegan Hardiana berjalan lalu berhenti memandang bendera merah putih. Saat pengambilan gambar di sana, di take pertama tiba-tiba ada mobil lewat, jadinya mengambil gambar lagi. Bendera merah putihnya jadi seperti siluet, tapi ternyata malah kelihatan keren, hehe. Setelah itu kita ke trotoar depan Dispora. Kita mengambil adegan Dhandy dan Via berjalan lalu Hardiana lewat di sebelah mereka sambil melirik mereka. Lalu kita ke Agritech. Rencana awalnya mau mengambil gambar Hardiana yang berdiri di atas gedung Argritech sambil menulis buku catatan, tapi si lely tidak mau. Kata dia kurang cocok kalau di sana. Lely akhirnya menyuruh Hardiana untuk berjalan lalu duduk di semak-semak di depan Agritech dan menulis catatan. EH, ternyata ide Lely bagus juga. Setelah itu kita mengambil adegan mengamen. Awalnya mau ke perempatan Pesanggrahan, tapi setelah dibicarakan lagi kita mengambil di perempatan SMP Islam. Di sana ada penjual bakso yang kenal dengan Kiki, namanya Pak Supri. Saya menyuruh Kiki untuk minta bantuan Pak Supri. Kita mengamen di Pak Supri. Itu selesai semua waktu Maghrib. Sungguh, capek sekali. Itu tidak selancar apa yang diduga. Satu adegan bisa mengambil take sampai 15 kali karena ada yang keliru lalu diulang lagi sampai benar. Tapi tidak apa-apa yang penting semua selesai dan tidak hujan, beruntung.
Hari Sabtu 7 Juni pulang sekolah saya, Novan, Kiki, Irvana, dan Salma ke rumah Hardiana. Di sana kami menyeleksi video yang akan kami jadikan film. Video yang sudah diseleksi lalu ada yang dipotong beberapa bagian dan diurutkan sesuai urutan adegan. Setelah selesai itu, Hardiana dan Kiki melakukan proses dubbing, pengisian suara. Tidak ada alat perekam bagus tidak ada masalah. Kami menggunakan handphone milik Lely untuk rekaman. Monolog untuk dubbing hilang. Beruntung Kiki pernah mengirim itu di Facebook saya. Setelah itu monolog itu di-print. Tetapi rasanya masih kurang lengkap untuk dijadikan monolog film. Kiki menyuruh saya menambah kata-kata dalam monolog itu. Monolog untuk adegan pertama selesai, lalu mebuat monolog untuk adegan kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Sambil menunggu Hardiana dan Kiki melakukan dubbing, saya, Novan, Salma, Lely, dan Irvana melihat kaskus.co.id, 1cak.com, dan memecomicindonesia.com, hehe. Selesai dubbing kita pulang, itu sekitar pukul 15.00. File video yang sudah dipotong dan rekaman suara diberikan ke saya semua. Saya meng-edit itu semua di rumah saya. Kebetulan besok harinya libur, jadi bisa pulang ke rumah.
Saya sampai rumah kira-kira pukul 16.30. Setelah ganti pakaian, saya langsung membuka laptop. Saya membuka Corel Video Studio. Bismillah. Saya mulai bekerja. Awalnya agak bingung karena hasil rekaman ini belum dijadikan MP3 dan belum dipotong karena ada suara-suara yang mengganggu. Saya memakai software Any Audio Converter untuk mengubah rekaman itu menjadi MP3. Lalu saya mendownload MP3 Cutter & Editor untuk memotong hasil rekaman MP3 tadi. Saya juga mencari-cari lagu yang sekiranya bisa jadi backsound film itu. Saya mengunduh file MP3 yang berjudul Relaxing Music Instrumental Sad Piano. Saya membuat opening video yang terdiri dari judul dan kata-kata jalan cerita. Measukkan satu per satu video dan rekaman. Mengatur volume. Menyusun urutan video. Sampai akhirnya hampir selesai. Untuk mengakhiri film, saya punya ide untuk memberikan sebuah pasal di UUD 1945. Saya ingat pasal 31 ayat 1 dan 2 sepertinya cocok sebagai pengakhir dan penguat pesan film ini. Dan terakhir saya membuat kredit. Di kredit, saya memilih lagu Tanah Airku yang versi piano untuk menjadi backsound-nya. Dan selesai meng-edit semua itu sekitar pukul 21.00, tinggal proses rendering. Rendering ini lama sekali. Selesainya sekitar pukul 00.31, jam setengah satu pagi. Saya langsung tidur, capek. Tapi saya lega karena ini tinggal upload saja.
Minggu, 8 Juni 2014. Pukul 09.45 saya kembali ke Batu untuk meng-upload film itu ke rumah Hardiana. Saya sudah janjian dengan dia sebelum saya pulang ke rumah. Saya dijemput Novan. Kami ke rumah Hardiana. Ternyata dia sedang tidur ketika kami datang ke sana. Dia dibangunkan tetangganya. Lalu setelah masuk ke dalam rumahnya, saya langsung mencari modemnya. Modem punya Hardiana ini cepat sekali koneksinya, lebih cepat dari Spe*dy. Serius! Proses meng-upload pun dimulai sekitar pukul 12.00. Sambil menunggu, saya dan Novan bermain game. Sambil makan pisang goreng susu coklat meses juga, hehe. Terima kasih ya Hardiana, itu enak sekali, haha. Satu jam kemudian Dhandy datang. Kami bermain kartu, bermain game, lalu ada adiknya Hardiana (Doni) yang baru bangun. Kita berempat bermain game. Eh, kami dibelikan Mie Pangsit. Wah, terima kasih sekali Hardiana, hehe. Saat proses upload sampai 95% ada masalah. Modem tiba-tiba tidak bisa tersambung ke laptop. Tapi untungnya ketika sudah tersambung, video itu melanjutkan proses uploadnya. Dan akhirnya setelah menunggu tiga jam lebih, proses uploading selesai. Maklum, ukuran filenya 1.15 GB. Setelah selesai proses upload di YouTube, saya bagikan tautan ke Facebook. Saya tandai teman-teman kelas saya dan guru-guru saya yang menjadi teman saya di Facebook. Alhamdulillah, tanggapan positif banyak mengalir untuk video ini. Terima kasih semuanya. Keesokan harinya, sekitar pukul 10.00 saya lihat yang sudah menyaksikan film pendek itu ada 54 orang dan 2 orang menyukai. Lalu keesokannya lagi (hari ini), pukul 08.15, saya lihat sudah 81 orang yang menyaksikan dan 5 orang menyukai. Terima kasih semuanya.
Saya jadi ketagihan ingin bikin film lagi, hehe. Saya sangat senang mendapatkan pengalaman ini, ini sangat berharga dan bermanfaat. Pertama kali membuat film pendek. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah bekerjasama dengan baik, kalian luar biasa. Terima kasih Kiki untuk idenya dan sudah jadi sutradara yang baik, Feta yang sudah ikut jadi penata rias dan mengarahkan pemain, Lely untuk pengambilan gambar, Hardiana, Novan, Dhandy, dan Via untuk jadi pemainnya, Irvana, Nanda, Firda, dan Wijay, terima kasih utnuk membantu membawakan alat-alatnya. Terima kasih untuk semua orang yang sudah membantu dan sudah menanggapi film pendek kami ini. Ini film pendek kami, judulnya "Cerita untuk Negeri". Selamat menyaksikan, mohon sarannya ya.
Terima kasih dan sampai jumpa.
filmku malah skrip e ngawur, improvisasi koyok sutradara cino rits wkwkwkwkw
BalasHapusHaha, aku wis ndelok. Aku seneng opening film'e sing Narumboh. Menghayati banget peran'e.
Hapus