Pengalaman OSPEK di UGM

   Karena sedang ramai pembahasan mengenai MOS dan OSPEK sekaligus musim mahasiswa baru, saya menjadi tertarik untuk bercerita mengenai pengalaman saya mengikuti OSPEK. Apa itu OSPEK? OSPEK adalah singkatan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Jujur deh, waktu pertama mendengar kata "OSPEK", pasti banyak yang berpikiran mengenai sebuah kegiatan awal masuk perguruan tinggi yang menyeramkan, penuh dengan bentakan, dipukuli oleh senior, dan hal-hal negatif lain. Sebelum menjalan OSPEK dulu, saya juga berpikiran begitu. Namun, kenyataannya tidak. Tidak semua OSPEK menyeramkan dan seharusnya tidak menyeramkan. Saya akan menceritakan pengalaman saya mengikuti OSPEK menyenangkan di universitas negeri pertama di Indonesia. Ini bukan karena saya mahasiswanya, tetapi karena OSPEK di sana sungguh menyenangkan.


   Saya adalah mahasiswa UGM yang masuk pada tahun 2015. Seperti pada umumnya, selalu ada kegiatan awal sebagai mahasiswa baru. Kegiatan ini bernama OSPEK. Di UGM, OSPEK dikenal dengan nama Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB), lebih lengkapnya bernama PPSMB Palapa. PPSMB dilaksanakan selama enam hari dengan rincian dua hari pertama pada tingkat universitas, dua hari selanjutnya pada tingkat fakultas, dan dua hari terakhir kembali pada tingkat universitas. Sebelum pelaksanaan PPSMB, mahasiswa baru UGM akan disambut dengan video teaser PPSMB yang diunggah oleh panitianya di Youtube. Selain itu, juga ada video sambutan oleh rektor dan wakil rektor. Rektor UGM pada saat itu adalah Bu Dwikorita. Ketika melihat video sambutannya, saya bertekad bahwa suatu hari saya akan berfoto bersama beliau. Sayang sekali, sampai saat saya menulis ini, impian itu belum terwujud. :(


  Ada kegiatan bagi mahasiswa baru sebelum menjalan OSPEK di kampus, yaitu mengerjakan tugas. Tugasnya sangat banyak. Ada tugas universitas dan tugas fakultas. Eits, jangan berkesan buruk dulu. Justru saat mengerjakan tugas-tugas inilah saya akhirnya menyadari bahwa UGM didirikan dengan penuh perjuangan. Tidak hanya itu. UGM ternyata adalah kampus yang sangat filosofis. Setiap tata letak bangunan dan tanamannya memiliki makna yang dalam, seperti mengapa arsitektur Gedung Pusat UGM (rektorat dan balairung) menjadi seperti yang kita ketahui, mengapa ada cemara tujuh, mengapa Gedung Pusat UGM menghadap ke utara, mengapa ada pohon bodhi, mengapa ada aturan khusus peletakan tanaman dari sisi barat sampai sisi timur, dan banyak hal filosofis lain.

   Sebenarnya pengerjaan tugas ini bisa dengan dua cara, yaitu diketik atau ditulis. Karena lebih suka menulis, saya akhirnya mengerjakannya dengan menulis. Ketika saya menulis, otomatis saya harus membaca materi. Mengetik memang lebih mudah, apalagi bisa copy-paste, tetapi rasanya berbeda. Saya memiliki target bahwa saya harus bisa mengerjakan minimal tiga pertanyaan dalam sehari. Hal yang saya dapatkan bukanlah rasa bosan meskipun terkadang melelahkan dan harus istirahat. Hal yang saya dapatkan justru banyak pengetahuan. Yang paling berkesan adalah saat mengerjakan bagian sejarah UGM. Omong-omong, kalau tidak salah, walaupun dengan menulis, saya selesai urutan pertama atau kedua, lebih dahulu dari teman-teman jurusan saya. Hehehe. :P

   Sampailah pada pembukaan PPSMB; hari pertama, tanggal 18 Agustus 2015. Pada pukul 06.30 WIB, saya berangkat bersama beberapa teman baru ke lapangan Grha Sabha Pramana. Saya mencari barisan gugus saya yang bernama Notonagoro 1. Nama gugus ini diambil dari nama pendiri fakultas filsafat. Pada pembukaan itu, ada sambutan dari Bu Rektor, ketua BEM, dan tamu spesial, Pak Ganjar Pranowo, Gubernur Provinsi Jawa Tengah yang juga alumni Fakultas Hukum UGM. Ada pula wawancara kecil dengan mahasiswa termuda UGM, Aldo. Nantinya, Aldo adalah teman saya di UKM Gamaband (Gadjah Mada Band). Hari itu pula saya dan teman-teman seluruh angkatan bersama-sama mengenakan jas almamater. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengenai warna jas almamater UGM. Coklat bukan, hijau pun bukan. Banyak yang mengatakan bahwa warna jas almamater UGM adalah warna karung goni. Bisa saja sih disebut seperti itu. Di balik warna yang kurang bisa disebutkan secara pasti, jas almamater UGM bermakna warna perjuangan. Dulu, mahasiswa UGM tidak hanya belajar di kampus saja. Mereka juga berperang melawan penjajah. Jadi, menurut materi tugas PPSMB yang pernah saya baca, meskipun saat jam kuliah, mereka pergi keluar untuk berperang. Gokil, bukan? Mungkin karena saat itu para pejuang, termasuk mahasiswa UGM kala itu, banyak yang mengenakan karung goni, akhirnya dipilihlah warna karung goni sebagai warna jas almamater UGM.

Pembukaan PPSMB
   Selesai pembukaan di lapangan, kami menuju ke ruangan masing-masing sesuai gugus. Kebetulan, selama PPSMB, saya selalu berada di fakultas saya sendiri: fakultas filsafat. Gugus Notonagoro 1 bertempat di fakultas filsafat ruang B103. Karena PPSMB tingkat fakultas berada di fakultas masing-masing, saya tetap di fakultas filsafat. Ketika teman-teman lain berpindah ke fakultas teknik, fakultas kedokteran, fakultas ekonomi, saya tetap di fakultas filsafat. Mungkin inilah yang dinamakan setia. :(

   Karena takut akan terlalu panjang, saya rangkum saja kegiatan-kegiatan saya selama mengikuti PPSMB tingkat universitas, tidak saya ceritakan per harinya. Selama PPSMB tingkat universitas, kami sesungguhnya banyak melakukan permainan. Pernah tahu acara Rangking 1? Kami pun melakukannya. Banyak sekali permainannya. Sayang sekali, saya lupa. Permainan tidak sekadar bermain bersenang-senang saja, tetapi juga ada unsur pendidikannya. Ada kegiatan memperkenalkan potensi wisata dari daerah asal. Dari situ, saya banyak tahu daerah wisata di tempat-tempat lain yang selama ini kurang terkenal atau sama sekali tidak terkenal sebelumnya. Ada juga suatu kegiatan melatih kami berdebat secara benar. Teman gugus saya dari fakultas ekonomi, Ifal, jago sekali berdebat. Saya pun akhirnya bisa membedakan antara debat bermutu dengan debat kusir. Hal yang paling penting dari itu adalah saya memahami bahwa debat bukanlah berbicara dengan nada tinggi dan berargumen dengan "mematikan" lawan. Selanjutnya, ketika kami bosan, kami meminta semacam ice-breaking kepada kakak-kakak pendamping. 

   Saya bercerita sedikit mengenai kakak pendamping. Kakak pendamping dalam PPSMB biasanya disebut co-fas. Kalau tidak salah, itu singkatan dari co-fasilitator. Menurut cerita dari salah satu kakak pembina, sebelum PPSMB dimulai, mereka dilatih terlebih dahulu. Kakak pembina juga memiliki perjanjian, entah tertulis entah tidak, mereka tidak boleh membentak atau memarahi. Mereka dilatih menjadi orang yang sangat menyenangkan. Memang pada kenyataannya, mereka sangat menyenangkan dan bersahabat saat PPSMB. Tidak hanya kakak-kakak pembina saja yang bersahabat, tetapi panitia lain pun sama. Salah satu contohnya ketika kegiatan isoma, saat makan. Ini benar-benar tidak terlupakan dan saya sangat berterima kasih untuk ini. Dulu, saya alergi dengan beberapa makanan, seperti ayam, telur, dan ikan laut. Kebetulan saat itu makanan yang disediakan adalah ayam goreng. Saya akhirnya menyimpan makanan tersebut di tas. Melihat saya tidak makan, salah satu kakak pembina bertanya mengapa saya tidak makan. Setelah saya jelaskan, ia menghubungi salah seorang panitia bidang konsumsi. Tidak lama kemudian, panitia tersebut datang bertanya kepada saya, sama dengan pertanyaan kakak pembina. Saya disuruh menunggu sebentar. Alangkah bahagia dan bersyukur saya ketika panitia tersebut membawakan nasi padang dengan daging sapi sebagai makanan utamanya. Betapa baiknya panitia tersebut; ia rela memesan makanan saat itu juga demi seorang mahasiswa baru untuk bisa makan bersama dengan teman-temannya. :')

  Bicara soal makanan, bagi mahasiswa baru UGM saat PPSMB tidak perlu khawatir akan kelaparan. Makanan sudah disediakan oleh pihak panitia. Makanan yang disajikan pun makanan yang tergolong mewah bagi saya pribadi. Makanan yang paling saya ingat ketika itu adalah nasi padang.


Gugus Notonagoro 1
   Untuk PPSMB tingkat fakultas, sama juga meyenangkan, tetapi ada beberapa hal yang saya kurang suka. Pertama, adanya panitia yang "ditugaskan" dengan wajah yang menyeramkan, tanpa senyum. Kedua, sempat ada panitia yang memarahi mahasiswa baru. Mungkin hal itu hanya pura-pura atau keceplosan, tetapi maaf saja, saya kurang suka. Namun, secara keseluruhan PPSMB tingkat fakultas menyenangkan. Acara dibuka dengan sambutan Dekan Fakultas Filsafat UGM, Pak Mukhtasar. Beliau berbicara dengan sangat runtut. Terkadang beliau serius, tetapi banyak bergurau. Gurauannya sering kali membuat kami, mahasiswa baru filsafat, berpikir terlebih dahulu kemudian baru tertawa.

   Ada dua kejadian yang paling saya ingat saat PPSMB tingkat fakultas. Kejadian pertama, saat itu kami berkumpul di auditorium. Tibalah waktu makan. Tidak sebebas biasanya, kami disuruh makan dengan waktu yang sangat singkat untuk ukuran makanan sebanyak satu kotak makanan. Makanan itu ternyata gudeg. Gudeg adalah makanan paling manis yang pernah saya makan. Bagi saya, tidak masalah menghabiskan gudeg dengan waktu singkat. Namun, untuk teman-teman saya yang tidak suka terlalu manis dan tidak bisa makan dengan waktu singkat, itu menjadi masalah. Panitia meminta kami untuk menghabiskan makanan itu sampai hanya tersisa kotaknya saja. Ternyata, banyak yang belum selesai dan terpaksa mereka harus membuangnya ke tempat yang sudah disediakan. Saat hendak pulang, panitia akhirnya menjelaskan mengapa kami harus memakan habis makanan itu. Kami dikumpulkan di tanah lapang dekat gedung administrasi. Sampah dari makanan tadi diletakkan di depan barisan kami oleh panitia. Kami akhirnya mengerti. Kami diminta memakan makanan itu sampai habis agar kami menyadari bahwa masih banyak orang yang kesulitan mendapatkan makanan, masih banyak orang yang tidak bisa makan untuk beberapa hari. Salah seorang panitia mengambil contoh tidak jauh dari sana. Di daerah sekitar kantin humaniora (Bonbin), ada orang yang setiap harinya tinggal di sana, orang yang kondisi ekonomi dan tempat tinggalnya jauh dari kelayakan. Sebagian dari kami ada yang menangis saat itu.

  Kejadian selanjutnya adalah hal yang haru dan menyenangkan. Saat penutupan PPSMB fakultas, kami diminta untuk menyanyi lagu Darah Juang dengan mengepalkan tangan kiri ke atas sebagai tanda perjuangan atau perlawanan. Kami diminta menyanyi sambil menghayatinya, diiringi oleh orasi dari salah satu panitia yang membuat suasana semakin terasa haru. Beberapa menit kemudian, kami diminta balik badan. Yuhu, kami dilempari semacam serbuk berwarna-warni tanda kami telah menyelesaikan PPSMB fakultas. Kami menyanyi semakin kencang. What a beautiful moment! :')

  Nah, akhirnya kami tiba pada puncak acara, acara yang paling berkesan. Kami melakukan selebrasi dan foto formasi. Sebelumnya, pada hari kelima, sebelum pulang, kami ada geladi bersih untuk ini. Hari keenam atau hari terakhir itulah puncaknya. Kami membentuk logo ASEAN. Sampai sekarang saya masih terheran-heran bagaimana bisa mereka merancang dan mengatur foto formasi sehingga skalanya bisa sesuai dengan aslinya (logo ASEAN). Dengan dua layar besar yang disediakan di samping kanan dan kiri, kami bisa melihat tayangan formasi kami secara langsung. Wah, pokoknya hari itu penuh dengan senang-senang. Senang bukan main! Kalau diberi nilai antara satu sampai seratus, saya beri nilai seratus ditambah satu. Hehehe. Anak kekinian menyebutnya "petjcah". Kami melakukan selebrasi dengan iringan lagu-lagu daerah. Sebelum PPSMB dimulai, kami sudah dibuatkan video contoh selebrasi sehingga kami tinggal mengiktuinya saja. Di hari keenam itu juga ada beberapa orang dari panitia yang berdiri di beberapa sudut di depan mahasiswa baru untuk mempermudah gerakan bagi kami yang lupa. Di tenga selebrasi itu kami menyanyikan ASEAN anthem. Acara ditutup dengan lagu Summer dari Calvin Harris Rizqi Budiman.


NB: Foto ini ada karena ingin numpang eksis saja. Eksiso ergo sum.


   Hal yang ingin saya sampaikan dari tulisan ini adalah MOS dan juga OSPEK sebenarnya bisa dilakukan tanpa kekerasan dan tanpa memakai atribut dan aksesoris aneh. MOS dan OSPEK bisa dilakukan dengan cara-cara yang mendidik dan menyenangkan. Kuncinya adalah menyenangkan. Menyenangkan dalam artian tidak ada hal-hal negatif, seperti kekerasan dan berbagai aturan aneh. Tentu ketika ada tamu, maka tuan rumah wajib menyambutnya dengan sebaik-baiknya. Ya, mahasiswa hanyalah tamu karena suatu saat mereka akan meninggalkan rumah yang menaunginya. Oleh karena itu, tuan rumah hendaknya menyambut dengan hal-hal yang baik agar si tamu merasa nyaman. Seperti itulah MOS dan OSPEK seharusnya. Saya mengambil PPSMB sebagai contoh karena ini adalah OSPEK yang tanpa menggunakan kekerasan dan ini saya alami sendiri. Saya pun kembali menegaskan bahwa saya bukan bermaksud mengunggul-unggulkan kampus saya sendiri, tetapi inilah kenyataan yang terjadi. Adapun harapan saya adalah dunia pendidikan di Indonesia ini semakin menyenangkan dan mendidik, terutama MOS dan OSPEK yang sering kali dianggap banyak mengandung kegiatan negatif. Mengapa menyenangkan itu penting? Siapa saja pasti suka sesuatu yang menyenangkan. Dari hal menyenangkan itulah seseorang akan melakukan kegiatannya dengan sepenuh hati dan hasilnya pasti maksimal.


Catatan: Kakak pendamping yang saya maksud sama dengan kakak pembina.

Komentar

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus
  2. permisi kang, mau tanya klo ikut PPSMB itu rambut boleh gondrong gak? atau harus potong rapi?

    BalasHapus
  3. Apakah selama 6 hari itu kita menginap di kampus atau pulang pergi kak ?

    BalasHapus
  4. Masih ada ospek jurusan kah kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggak ada kalau filsafat. tapi gak tau kalau yang lain :)

      Hapus

Posting Komentar