Buku-Buku: 2017




Ada berbagai hal yang dapat menjadi sumber kebodohan. Namun, saya sungguh yakin bahwa tidak membaca adalah sumber dari segala kebodohan. Saya pernah menjelaskan dalam Klik Tulisan Ini bahwa pengertian membaca sebenarnya tidak terbatas dalam pengertian membaca buku atau yang sejenisnya. Membaca, secara singkat, bisa diartikan sebagai kemauan dan kemampuan memahami makna di sekitar. Akan tetapi, buku adalah bentuk yang paling konkret dari pengetahuan. Di bukulah suatu kasus atau topik dibahas secara mendetail. Tidak jarang pula ada informasi-informasi kecil yang terselip di dalamnya. Oleh karena itu, dalam rangka menurunkan tingkat kebodohan otak saya, saya mempunyai rencana pada tahun 2017 ini, yaitu membaca minimal empat buku di setiap bulan. Saya tahu bahwa jumlah buku yang dibaca tidak menjamin kepandaian seseorang. Namun, jika satu buku yang dibaca memberikan minimal satu pengetahuan, saya berharap setidaknya ada empat puluh delapan pengetahuan baru yang saya dapat selama satu tahun ini.

Buku seperti apakah yang saya baca? Buku dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Karena buku berarti lembar kertas yang berjilid (KBBI, 2016), setiap wujud yang semacam itu saya artikan sebagai buku, seperti novel, kumpulan puisi, kumpulan jurnal, dan buku nonfiksi.

Halangan dalam rencana ini pun ada. Tugas-tugas kuliah sering mengacaukan rencana ini, tetapi juga sering membantu. Saya rasa hal yang paling mengacaukan rencana ini adalah kemalasan saya. Kemalasan inilah yang sedang saya lawan. Akan tetapi, selalu saja ada godaan sehingga saya tidak dapat memenuhi target saya. Meskipun begitu, saya senang karena buku yang saya baca tahun ini jauh lebih banyak daripada tahun lalu. Setelah melakukan rencana ini, saya berharap bahwa diri saya tidak hanya lebih berpengetahuan, tetapi juga lebih berbijaksana. Saya akan terus belajar memperbaiki diri, walaupun pada akhirnya memang tidak akan pernah ada orang yang benar-benar baik.

Selain membaca, saya juga mencatat judul-judul buku yang saya baca. Berikut ini adalah buku-buku yang saya baca habis pada tahun 2017 berdasarkan bulan. Nomor-baca saya lanjutkan dari 1 (satu) sampai yang terakhir.

A.        Januari
Saya tidak menyelesaikan satu buku pun pada bulan ini karena waktu saya lebih banyak saya pakai untuk menikmati masa liburan dalam bentuk lain.

B.        Februari
           
1.         Tapak Harimau Paderi. Ridjaluddin Shar. Themis Publishing, 2016.
Novel sejarah ini sangat detail menceritakan sejarah perang paderi. Kedatangan tiga haji dari tanah suci itu membawa dampak bagi kegiatan kolonial di tanah yang sekarang sebagian besar masuk ke dalam Sumatera Barat. Novel ini saya baca sejak akhir Desember dan baru selesai pada Februari. Sampai saat ini, inilah novel sejarah paling detail yang pernah saya baca.

Nilai: 9.5/10

2.         Pendidikan untuk Transformasi Bangsa: Arah Pendidikan untuk Perubahan Mental Bangsa. Tim PGRI. Penerbit Buku Kompas, 2014.
Saya membeli buku ini dan beberapa lainnya di Surabaya ketika sedang ada diskon buku Gramedia. Ketertarikan saya terhadap dunia pendidikan membuat saya merasa harus mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai pendidikan. Dalam buku ini, para guru menyampaikan ide dan permasalahan mereka dalam dunia pendidikan di Indonesia. Saya mendapatkan ide-ide bagus tentang pendidikan dari ini.

Nilai: 8.2/10

3.         Mr. Sartono: Pejuang Demokrasi & Bapak Parlemen Indonesia. Daradjadi. Penerbit Buku Kompas, 2014.
Saya baru tahu bahwa ada orang penting di Indonesia yang bernama Sartono setelah membaca buku ini. Jika saya tidak salah ingat, Sartono adalah orang yang berjasa membantu Sukarno saat disidang di Bandung. Kisah hidupnya yang paling menarik adalah masa ketika ia menjadi pengacara dan berpindah rumah. Ironi, buku bagus semacam ini masuk ke gudang diskon Gramedia.

Nilai: 8.5/10

4.         Batas: Antara Keinginan dan Kenyataan. Akhmal Nasery Basral. Penerbit Qanita, 2011.
Ibu Edwina adalah orang yang menyuruh saya dan teman-teman kelas A mata kuliah Pengkajian Prosa Indonesia untuk membaca novel ini. Saya cari di TM Book Store Depok Town Square, Gramedia Depok, pedagang buku Barel dan Pocin, tetapi tidak saya temukan. Saya mendapatkan novel ini di Blok M. Itu pun bukan buku asli. Namun, apa daya.

Novel ini memuat kisah seorang wanita yang dikirim oleh perusahaannya untuk misi CSR di suatu daerah perbatasan di Kalimantan. Ia belajar hidup dan menemukan hidup di sana. Pendidikan adalah fokus utamanya. Kisah cinta antara Jaleswari, tokoh wanita, dan seorang tokoh laki-laki hanya sebagai pemanis cerita.

Nilai: 8/10

5.         Memahami Cerita Rekaan. Panuti Sudjiman. Pustaka Jaya, 1988.
Jika Anda tertarik mengetahui sedikit lebih dalam mengenai unsur-unsur intrinsik dalam prosa, buku ini adalah buku yang cocok. Buku ini adalah salah satu buku yang diwajibkan untuk dibaca dalam mata kuliah Pengkajian Prosa Indonesia. Sebenarnya, Ibu Edwina hanya menyuruh membaca bagian-bagian tertentu, tetapi saya tidak puas. Saya sebisa mungkin tidak setengah-setengah dalam membaca.

Nilai: 8/10

6.         Peranakan Tionghoa di Nusantara: Catatan Perjalanan dari Barat ke Timur. Iwan Santosa. Penerbit Buku Kompas, 2012.
Buku yang isinya ditulis dalam format berita ini patut dibaca oleh Anda yang masih meributkan masalah etnik Tionghoa di Indonesia, tentu juga untuk Anda yang tertarik dengan peran orang Tionghoa di Indonesia. Secara fakta, peran mereka banyak, seperti dalam bidang kesusastraan. Sudah saatnya diskriminasi etnik tidak dibesar-besarkan.

Nilai: 8.5/10

7.         Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Jilid 4. Rosihan Anwar. Penerbit Buku Kompas, 2010.
Satu cerita yang paling saya ingat dalam buku ini adalah cerita pertemuan Rosihan Anwar dengan Soe Hok Gie ketika bertemu di jalan suatu hari. Beberapa hari sebelumnya, Anwar dan Gie terlibat salah paham. Ketika bertemu di jalan, Gie membuang muka. Meskipun begitu, Anwar mengakui bahwa pemuda itu adalah salah satu sosok yang paling berani di antara pemuda lain yang dikenalnya.

Nilai: 8.7/10

8.         Atheis. Achdiat K. Mihardja. Balai Pustaka, 2009.
Ini adalah novel yang membuat saya bertanya-tanya tentang apa yang akan disajikan Mihardja di setiap bagian selanjutnya. Sudut pandangnya beragam. Novel ini juga salah satu novel yang diwajibbacakan di mata kuliah Pengkajian Prosa Indonesia. Terima kasih, Bu Edwina.

Nilai: 8.8/10

C.        Maret

9.         Surga di Telapak Kaki Serigala: Kumpulan Cerpen Terpilih Balairung (KCTB). Ariska Puspita Anggraini, dkk. BPPM Balairung UGM, 2015.
Setelah menunggu sekian lama, saya mendapatkan paket yang berisi buku kumpulan cerpen hasil lomba cerpen yang saya ikuti pada tahun 2015. Saya juga tidak menyangka bahwa cerpen-biasa-saya itu masuk ke dalam kumpulan cerpen ini. Satu kata: luka. Semua cerpen di dalamnya membahas luka dengan caranya masing-masing.

Ada satu cerpen yang paling saya suka. Saya lupa apa judul cerpennya. Cerpen itu mengisahkan seorang perempuan yang harus menjadi ibu dari cara yang tidak seharusnya. Alurnya cukup menarik.

Nilai: 8/10

10.       Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Clifford Geertz. Terjemahan. Komunitas Bambu, 2016.
Berjalan-jalan ke Bekasi untuk yang pertama kali sangat tidak lengkap jika tidak membawa oleh-oleh. Saya menyempatkan datang ke Gramedia di suatu mal. Di sanalah saya bertemu dengan buku ini.

Sejujurnya terjemahan dalam buku ini cukup sulit untuk saya pahami bahasanya. Walaupun bukan bidang yang saya tekuni, pengetahuan mengenai pertanian ini cukup menarik. Masalah pertanian ternyata tidak sesempit satu petak sawah. Ada kepentingan di baliknya.

Nilai: 8.2/10

11.       P.K. Ojong: Hidup Sederhana, Berpikir Mulia. Helen Ishwara. Penerbit Buku Kompas, 2014.
Terima kasih kepada Bapak Ojong yang telah mendedikasikan dirinya di dunia jurnalistik dan penerbitan Indonesia. Sangat tidak mudah ternyata membangun dan mempertahankan hidup di bidang tersebut. Salah satu hal yang paling saya ingat adalah soal keteladanan Ojong perihal waktu. Jika karyawan masuk pukul tujuh, pemimpin harus datang maksimal pukul enam. Saya agak lupa bagaimana kalimat persisnya, tetapi semacam itulah. Hal itu cukup menampar saya yang sekarang sedang krisis kedisiplinan.

Nilai: 8.9/10

12.       Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Jilid 5. Rosihan Anwar. Penerbit Buku Kompas, 2014.
Buku ini saya beli bersama dengan yang jilid 4 di Surabaya. Dalam buku ini, Anwar membahas tokoh-tokoh besar Indonesia yang pernah ia kenal. Ia membahas banyak soal Sukarno. Ia menceritakan sosok Sukarno yang sangat teliti dalam hal perempuan. Seru sekali.

Nilai: 8.5/10

D.        April

13.       Who Rules the World? Noam Chomsky. Terjemahan. Penerbit Bentang, 2017.
Ada suatu tempat di lantai dasar Perpustakaan UI yang menjual buku-buku. Saya penasaran. Di sanalah saya menemukan buku ini. Melalui buku ini, saya tidak lagi memandang Amerika Serikat sebagai negara yang serbakuasa. Jika seperti itu, siapa yang berkuasa di dunia ini?

Nilai: 8.5/10

14.       Jurnal Cogito Vol. 3 No. 1. Fakultas Filsafat UGM, 2016.
Sebenarnya saya membeli jurnal ini karena sedang rindu dengan fakultas lama. Pembahasan-pembahasan dalam jurnal ini sangat bagus, terasa khas pembahasan anak filsafat. Terkadang ada kalimat yang harus saya baca beberapa kali. Maklum, otak saya belum sampai.  

Jurnal ini menjadi dorongan untuk saya agar selalu berproduksi. Sebagai mahasiswa sastra dan bahasa, saya masih merasa sangat kurang dalam mengamalkannya, terutama dalam hal menulis karena menulis adalah perilaku utama dari sastra. Menulis hal biasa pun jarang, apalagi menulis yang tidak biasa.

Nilai: 8.7/10

15.       Raumanen. Marianne Katoppo. Metafor Publishing, 2006.
Raumanen. Seteguh wanita itu untuk berkuat diri, ternyata tetap saja takluk oleh laki-laki. “Izin? Kau toh tak butuh izin dariku,” kata Manen. “Aku toh bukan pemilikmu. Tak ada seorang manusia di dunia yang mempunyai hak milik atas orang lain…” Kutipan ini semakin menegaskan bahwa kita sesunggguhnya tidak memiliki apa-apa.

Nilai: 8.7/10

E.        Mei

16.       Metafisika. Lorens Bagus. Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Terima kasih kepada teman saya, Yubi, yang telah memberikan buku sangat bagus ini. Semua hal dasar filsafat dibahas dalam buku ini. Bahasanya pun mudah dimengerti.

Nilai: 9.6/10

17.       Filsafat Kebudayaan: Konstruksi Pemikiran Cornelis Anthonie Van Peursen dan Catatan Reflektifnya. Jannes Alexander Uhi. Pustaka Pelajar, 2016.
Saya mencari buku filsafat yang sekiranya dapat dijadikan sumber pustaka untuk tugas akhir Pengkajian Prosa Indonesia. Akhirnya, saya menemukan buku ini di salah satu rak Gramedia Matraman. Setelah membaca buku ini, ada suatu pertanyaan yang timbul dalam otak saya: apakah wujud kebudayaan lama wajib dipertahankan jika kebudayaan itu dinamis?

Nilai: 8.7/10

18.       Menunggu Godot. Samuel Beckett. Terjemahan. Narasi, 2016.
Terima kasih, Beckett. Beckett telah menyumbangkan salah satu ide paling menarik. Terima kasih juga kepada sebuah video wawancara Putu Wijaya sehingga saya mengenal Beckett sedikit lebih dekat.

Pekerjaan manusia yang utama memang hidup dan mati. Namun, ada satu lagi pekerjaan utama manusia yang jarang dipahami, yaitu menunggu. Menunggu apa? Beckett pun tidak tahu. Siapakah Godot? Kita semua tidak tahu.

Nilai: 9.5/10

19.       Memahami Ilmu Politik. Ramlan Surbakti. PT Grasindo, 2015.
Saya tidak ingin jadi manusia yang buta politik karena sebenarnya politik itu sangat dekat dengan kehidupan dan tidak mungkin dihindari. Seseorang yang mencari teman pun adalah salah satu wujud kepolitikan manusia. Saya tertarik dengan pembahasan liberalisme dalam buku ini. Itu seolah-olah saya menemukan diri saya. Karena itu juga, saya mencoba mencari tahu lebih dalam soal liberalisme di buku Menemukan Kembali Liberalisme (terjemahan) karya Ludwig von Mises yang sampai sekarang belum saya baca habis.

Nilai: 8.7/10

20.       Student Hidjo. Mas Marco Kartodikromo. Penerbit Narasi, 2010.
Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo adalah salah satu novel tua yang ada di Indonesia. Kalau tidak salah, novel ini pertama kali terbit pada tahun 1919. Ceritanya adalah seorang laki-laki keturunan bangsawan yang belajar di luar negeri dan terlibat masalah hati dengan beberapa perempuan, baik disengaja maupun tidak.

Nilai: 8.5/10

21.       Guantanamo Boy. Anna Perera. Harper Collins Publisher, 2009.
Novel bahasa asing pertama yang saya baca ini saya dapatkan di sebuah toko buku kecil di gang dekat Malioboro, Yogyakarta. Buku berwarna dominan oranye, warna favorit saya, ini menawarkan kisah yang menarik, yaitu seorang anak bernama Khalid yang tidak sengaja masuk ke dalam salah satu penjara paling menyeramkan, Guantanamo. Ia dituduh menjadi bagian dari teroris. Liburannya menjadi mimpi buruk.

Nilai: 8.7/10

F.         Juni

22.       Memahami Pembunuhan. Eko Hariyanto. Penerbit Buku Kompas, 2014.
Saya menemukan buku ini di acara diskon buku Gramedia di daerah BSD secara tidak sengaja. Karena judulnya menarik, buku ini saya ikutkan dalam daftar belanja. Isinya adalah teori-teori, data lapangan, dan hubungan pembunuhan dengan berbagai faktor, misalnya dengan psikologi dan biologi.

Nilai: 8.3/10

23.       Mengakrabkan Sastra. Boen S. Oemarjati. UI-Press, 2012.
Saya tidak terlalu suka dengan buku ini.

Nilai: 7/10

24.       Sociophrenia: Perjalanan & Pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono. Orchida Ramadhania.Penerbit Buku Kompas, 2015.
Meskipun agak berbeda dari ekspektasi, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sarwono yang telah berbagi pengalamannya sewaktu ke luar negeri dalam buku ini.

Nilai: 8/10

25.       Plato and a Platypus Walk into a Bar…: Understanding Philosophy through Jokes. Thomas Cathcart dan Daniel Klein. Penguin Group, 2008.
Terima kasih kepada sahabat saya, Nafizal, yang telah meminjamkan buku lucu ini. Buku ini berisi macam-macam canda-gelap soal filsafat.

1650, Rene Descartes stops thinking for a second and dies (p. 194).

A man is praying to God. “Lord,” he prays, “I would like to ask you a question.”
The Lord responds, “No problem. Go ahead.”
“Lord, is it true that a million years to you is but a second?”
“Yes, that is true.”
“Well, then, what is million dollars to you?”
“A million dollars to me is but a penny.”
“Ah, then, Lord,” says the man, “may I have a penny?”
“Sure,” says the Lord. “Just a second.”
(p. 173)

Nilai: 9.2/10

G.        Juli

26.       Madilog. Tan Malaka. Penerbit Narasi, 2016.
Buku ini benar-benar bagus. Malaka mengajak saya untuk mencerna kalimatnya. Satu hal yang unik adalah Malaka menggunakan ingatannya, yang disebutnya jembatan keledai, untuk menulis buku ini.

Inti dari buku ini menurut pemahaman saya adalah segala sesuatu yang diperdebatkan haruslah bersifat material karena sesuatu yang idea sulit untuk dibuktikan. Hal yang diperdebatkan itu kemudian dipikir menggunakan ilmu logika. Akan tetapi, prinsip logika terkadang kurang bisa mejelaskan kemungkinan lain. Misalnya:

A: Jika saya bekerja, maka saya naik haji.
B: Saya tidak bekerja.

Apakah kesimpulannya adalah saya tidak naik haji? Secara prinsip benar, tetapi kenyataan bisa berkata lain. Oleh karena itulah, Malaka mengusulkan agar pembahasan semacam ini dibahas menggunakan dialektika.

27.       Go Set a Watchman. Harper Lee. Terjemahan. Penerbit Qanita, 2015.
Saya tidak puas dengan novel terjemahan ini.

Nilai: 7/10

H.        Agustus

28.       To Kill a Mockingbird (50th Anniversary Edition). Harper Lee. Arrow Books, 2010.
Sebaliknya, saya sangat puas dengan novel ini. Indah sekali. Lee menggambarkan permasalahan orang dewasa melalui sudut pandang anak kecil. Permasalahan yang dibahas adalah perbedaan kulit hitam dan kulit putih. Saya pernah membahas kesan saya terhadap buku ini dalam Klik Tulisan Ini.

Nilai: 9.7/10

29.       Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad SAW. Zuhairi Misrawi. Penerbit Buku Kompas, 2009.
Pembahasan soal Madinah adalah pembahasan soal toleransi. Nabi tidak datang untuk mengusir penduduk asli dan kepercayaannya. Mereka tinggal secara damai di sebuah kota yang penuh cahaya.

Nilai: 9/10

30.       Pasung Jiwa: Apa Itu Kebebasan? Okky Madasari. PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Awalnya, saya kira novel ini adalah novel soal percintaan-biasa remaja. Namun, setelah membacanya, perkiraan saya itu keliru. Lebih dari itu. Novel ini membahas pertentangan dan keberanian dalam diri Sasana (Sasa).

Nilai: 8.5/10

31.       Muhammad Yamin: Penggagas Indonesia yang Dihujat dan Dipuji. Kepustakaan Populer Gramedia, 2016.
Terima kasih kepada teman saya, Tanisha, yang telah memberikan buku ini dan sekitar lima atau enam buku lain. Maaf, saya baru membaca habis buku yang ini. Melalui buku ini, saya akhirnya tahu apa saja yang dilakukan Yamin. Salah satunya, Yamin menggagas perguruan tinggi keguruan di Indonesia.

Nilai: 8.7/10

32.       Gie dan Surat-Surat yang Tersembunyi. Kepustakaan Populer Gramedia, 2017.
Salah satu seri buku Tempo selain edisi Yamin. Dalam buku ini, ada sekitar dua surat asli Gie yang dibahas. Isinya cukup menarik.

Nilai: 8.6/10

I.          September

33.       Milea: Suara dari Dilan. Pidi Baiq. Pastel Books, 2016.
Jangan. Jangan pernah berasumsi bahwa saya membaca novel ini lantas menyukainya. Kalau bukan karena tugas wajib membaca novel remaja mata kuliah Sastra Anak, saya tidak akan pernah mau membaca novel ini karena saya sudah menduga bahwa isinya… ya, begitulah. Meskipun begitu, saya tertarik dengan ilustrasi-ilustrasi dalam novel ini.

Nilai: 5/10
+1 karena ada ilustrasinya.

34.       Ramayana. Nyoman S. Pendit. Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Terima kasih yang paling mendalam kepada Ibu Dewaki, dosen mata kuliah Sastra Wayang, yang telah memeberikan tugas membaca novel ini. Ini adalah gerbang saya mengenal dunia wayang. Melalui novel ini, saya akhirnya mengenal bahwa yang biasanya dipuja pun tidak selamanya baik dan yang biasanya direndahkan pun tidak selamanya jahat. Saya mengagumi yang biasanya direndahkan. Terima kasih untuk Mantara, sahabat Kaikeyi, karena kisah Ramayana tidak akan ada tanpa muslihat burukmu.

Nilai: 9.7/10

35.       The World until Yesterday. Jared Diamond. Terjemahan. Kepustakaan Populer Gramedia, 2015.
Akhirnya, setelah hampir satu tahun atau mungkin lebih, saya menamatkan buku ini. Ini adalah buku nonfiksi paling bagus yang pernah saya baca sejauh ini. Pemikiran-pemikiran orang tradisional tidak selamanya pemikiran tertinggal. Selain karena memang pembahasannya bagus, saya menyukai buku ini karena salah satu objek penelitian Diamond adalah Papua, suatu bagian dari wilayah Indonesia yang sangat ingin saya kunjungi. Terima kasih, Diamond.

Nilai: 9.9/10

36.       Pengantar Teori Filologi. Siti Baroroh Barried, dkk., Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas (BPPF) Seksi FIlologi, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 1994.
Sama seperti isi catatan kecil saya untuk buku Memahami Cerita Rekaan, buku ini adalah salah satu buku kuliah yang sebenarnya hanya diwajibkan membaca beberapa bab saja. Tanggung sekali, saya pikir. Isinya pun juga tidak banyak amat.

Nilai: 8.3/10

37.       Kitab Epos Mahabarata. C. Rajagopalachri. Terjemahan. IRCiSoD, 2013.
Saya tidak terlalu suka dengan novel wayang ini. Meskipun kisah Mahabarata adalah salah satu dari dua kisah dasar pewayangan, saya tidak begitu tertarik dengannya. Namun, ada satu tokoh yang paling saya suka. Yudhistira? Bukan. Bima? Bukan. Drupadi? Bukan. Arjuna? Bukan. Bukan. Tokoh itu adalah anjing setia yang menemani Yudhistira sebelum diangkat ke surga. Betapa indahnya. Anjing itu diciptakan hanya untuk menemani. Pekerjaannya hanya menemani dengan setia. Ia lenyap ketika Yudhistira diangkat ke surga. Saya ingin memiliki hidup semacam anjing itu.

Nilai: 8.7/10

J.         Oktober

38.       Kodikologi Melayu di Indonesia. Sri Wulan Rujiati Mulyadi. FSUI, 1994.
Seandainya Bu Mulyadi diberikan hidup lebih lama, saya yakin isi buku ini bisa lebih kompleks dan detail.

Nilai: 8/10

39.       Penjelajah Antariksa 4: Kudeta Putri Gradi. Djokolelono. Kepustakaan Populer Gramedia, 2015.
Saya membaca buku ini hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah Sastra Anak. Akan tetapi, buku ini juga yang saya jadikan alasan untuk bertemu dengan seseorang.

Nilai: 6.5/10

40. Oidipus Sang Raja. Shophokles. Terjemahan. Pustaka Jaya, 2009.
Shophokles benar-benar cerdas. Ia bisa membuat alur cerita yang sedemikian menarik dalam bentuk karya sastra drama. Kisah Oidipus ini memancing pertanyaan saya tentang takdir beserta kejahatan dan kebaikan.

Nilai: 8.8/10

41. Anak Bajang Menggiring Angin. Sindhunata. Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Novel wayang yang sangat bagus. Asal-usul Rawana dan beberapa tokoh wayang lain diceritakan di sini. Bahasanya sangat indah.

Nilai: 9.2/10

K.        November

42.       Sepuluh Drama Pendek Samuel Beckett. Laksmi Notokusumo. Bukupop, 2006.
Ide Beckett soal menunggu itu menjadi awal kekaguman saya dengannya. Oleh karena itu, ketika ada bazar buku di kampus, saya segera membeli buku ini ketika menemukannya di antara tumpukan buku di suatu meja. Ternyata banyak ide-ide cemerlang Beckett yang dituangkan dalam drama pendeknya. Dua drama pendek yang paling bagus dalam buku ini adalah “Datang dan Pergi” (Come and Go) dan “Napas” (Breath).

Nilai: 9.3/10

43.       Saman. Ayu Utami. Kepustakaan Populer Gramedia, 2017.
Saya sudah lama ingin membaca novel ini. Teman-teman saya bilang novel ini sangat bagus. Ternyata benar.

Nilai: 9/10

L.        Desember

44.       Cinta Mati Dasamuka. Pitoyo Amrih, DIVA Press, 2016.
Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sastra Wayang, saya mengambil bahan dasar dari novel ini. Novel ini cukup bagus, tetapi terasa lambat di bagian depan. Akhirnya, saya tahu mengapa Rawana sangat ingin mempertahankan Sita. Menurut Rawana, Sita adalah anaknya yang pernah ditukar oleh Wibisana. Anak asli Rawana itu ditukar dengan bayi yang kelak bernama Indrajit.

Nilai: 8.7/10

45.       Filsafat Sastra: Hakikat, Metodologi, dan Teori. Suwardi Endraswara. Layar Kata, 2014.
Intinya hubungan filsafat dan sastra.

Nilai: 8.8/10

46.       Tanah Air: Cerpen Pilihan Kompas 2016. Agus Noor, dkk. Penerbit Buku Kompas, 2017.
Seharusnya bukan cerpen “Tanah Air” yang menjadi judul utama dalam kumcer ini.

Nilai: 8.8/10

47.       Seks dan Revolusi. Jean-Paul Sartre. Terjemahan. Narasi, 2016.
Inilah buku terakhir yang saya baca habis pada 2017. Terima kasih kepada Adip, teman saya yang membelikan buku ini. Entah karena ini buku terjemahan, karena memang isinya seperti itu, atau karena otak saya yang belum mampu, pembahasan di buku ini terlalu menyebar. Bahkan, dalam bab “Homoseksual”, hanya ada sedikit saja pembahasan yang sesuai judulnya. Saya coba pikir lagi bahwa kemungkinan Sartre menggunakan metafora, tetapi tidak juga setelah saya baca ulang. Barulah pembahasan di bagian kedua, “Revolusi”, cukup jelas. Pembahasannya tidak jauh-jauh dari Perancis.

Nilai: 8.7/10

Saya berharap bahwa ada sesuatu yang saya ambil dari ke-47 buku yang saya baca pada 2017 ini.
Hal yang paling penting adalah konsep atau ide dari isi setiap buku. Ide atau konsep itulah yang saya gunakan untuk berkaca sekaligus memperbaiki diri.

Saya pun menyertakan nilai. Nilai-nilai itu saya berikan dengan dasar kedalaman pesan dan kemenarikan yang saya dapat dari buku-buku tersebut. Angka-angka tersebut tercetus tiba-tiba, tetapi tetap sesuai dengan kesan dan pesan yang saya dapat dari setiap buku.

2018 sepertinya akan sedikit waktu untuk membaca. Saya harus memanfaatkan setiap waktu luang yang ada untuk bertemu dan berbicara dengan buku karena…

“…Buku-buku adalah temanku.”
Sukarno

Komentar