Pekerjaan

Sumber gambar: kusmangat.com
Akhir-akhir ini saya sering membayangkan pekerjaan apa yang akan saya lakukan suatu hari nanti. Saya teringat bahwa saya pernah berkeinginan menjadi penyiar radio atau kondektur bus. Itu adalah keinginan sewaktu saya anak-anak. Usia bertambah. Pertanyaan mengenai pekerjaan bermunculan dalam pikiran. Sementara ini, jawaban saya ialah saya tidak ingin bekerja secara spesifik dalam suatu bidang atau jabatan. Kalaupun harus bekerja semacam itu, saya akan memilih menjadi seniman. Akan tetapi, saya tahu bahwa seniman bukanlah pekerjaan. Mengapa seniman bukan pekerjaan? Nanti Anda akan tahu jawabannya.

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar kata “pekerjaan”? Apakah yang Anda pikir adalah nama-subjeknya atau kegiatannya? Mau tidak mau, mari kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai penengah atas subjektivitas makna dari otak kita. Dalam sumber acuan tersebut, pekerjaan mempunyai beberapa arti: barang yang dilakukan, tugas kewajiban, perbuatan, pencaharian, dan lain sebagainya. Jika diambil intinya, pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan (kegiatan).

Pernahkah Anda mengisi formulir yang salah satu bagiannya menanyakan pekerjaan orang tua Anda? Jika salah satu atau kedua orang tua Anda adalah guru sekolah dasar, apa yang akan Anda tulis untuk menjawab pertanyaan mengenai pekerjaan orang tua? Apakah Anda akan menjawab “guru” atau “mengajar di sekolah dasar”?

Mari kita kembali membuka buku-wajib ratusan juta umat itu. Mari kita cari pegertian “guru”. Guru mempunyai arti ‘orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar’. Sekadar menambahkan, mari kita cari arti dari kata lain yang berkesesuaian, seperti dokter. Dokter berarti ‘lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan’. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa, baik guru maupun dokter, menekankan arti pada subjeknya.

Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah sesuai jika kita menjawab “guru” untuk pertanyaan mengenai pekerjaan orang tua. Pertama, pekerjaan adalah sebutan umum untuk kegiatan yang dilakukan. Kedua, baik guru/dokter maupun hal sebagainya, yang biasa kita sebut “pekerjaan”, lebih tepat jika disebut “nama-subjek-pekerjaan”. Maka, kita seharunya mengisi bagian formulir itu dengan “mengajar di sekolah dasar”.

Ya, bagaimanapun kita memperdebatkan makna “pekerjaan”, apakah kegiatannya atau subjeknya, bahasa selalu soal kesepakatan. Kalaupun ada kereta yang menggunakan tenaga mesin berbahan bakar minyak, kita tetap menyebutnya ‘kereta api’. Memang, tidak jarang kesepakatan bisa tumpang tindih dengan kesepakatan lain yang lantas menghasilkan kesepakatan-campuran. Misalnya, kita sepakat bahwa arti “susu” adalah yang itu dan “kental-manis” adalah yang ini. Akan tetapi, kita telanjur sepakat menyebut si benda yang di sana dengan sebutan “susu kental manis”—atau “susu-kental manis”/”susu kental-manis”—yang kini kita tahu kandungan susunya ternyata relatif sedikit dibandingkan gulanya.

Kembali ke soal pekerjaan. Apakah istilah “nama-subjek-pekerjaan” bisa diganti dengan “profesi”? Profesi, dalam KBBI, berarti ‘bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu’. Dalam benak saya, ketika membaca “bidang pekerjaan”, tergambar struktur yang diatasi oleh “pekerjaan” atau, lebih mudahnya, pekerjaan berada di atas. Sementara itu, di bawahnya ada “pekerjaan A”, “pekerjaan B”, dan seterusnya. Bidang pekerjaan adalah pekerjaan (kegiatan) A, pekerjaan (kegiatan) B, dan sebagainya itu. Jika kita sepakat bahwa “pekerjaan A” adalah nama-subjek-pekerjaan untuk salah satu kegiatan, tentu bisa saja. Akan tetapi, perlu diingat, kegiatan tertentu itu bukan nama-subjek-pekerjaannya. Kegiatan tertentu, ya, kegiatan tertentu. Nama-subjek, ya, nama-subjek. Jadi, profesi masih belum tepat untuk mengganti nama-subjek-pekerjaan.

Pertanyaannya, kata apa yang tepat untuk menyebut nama-subjek-pekerjaan agar lebih mudah? Setahu saya—bisa jadi saya belum tahu, nama umum untuk menyebut nama-subjek-pekerjaan belum ada dalam bahasa Indonesia. Setiap orang bisa mengusulkan pendapatnya untuk nama umum itu. Namun, diperlukan kesepakatan dari orang banyak.

Akhirnya, sekarang Anda tahu mengapa seniman bukan pekerjaan. Ya, itu karena seniman adalah nama-subjek-pekerjaan, sebutan untuk orang yang melakukan kegiatan kesenian. Lantas, apa nama-subjek untuk orang yang memberi nama umum untuk menyebut nama-subjek-pekerjaan? Wallahualam.

Komentar